Archive for 2014
SEJARAH RETORIKA
Retorika
lahir sebagai seni yang dipelajari dimulai dari abad 5 SM ketika kaum sophis
Yunani mengembara dari satu tempat ke tempat lain untuk mengajarkan pengetahuan
tentang politik dengan penekanan terutama pada kemampuan berpidato. Pada waktu
itu, retorika memiliki beberapa fungsi (Sunarjo, 1983:55), yaitu untuk mencapai
kebenaran atau kemenangan bagi suatu pihak, untuk meraih kekuasaan, sebagai
alat persuasi yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain.
TOKOH-TOKOH
RETORIKA
1. GEORGIAS
( dari kaum sosialis )
Georgias
adalah seorang guru retorika yang pertama. Ia membuka sekolah retorika yang
mengajarkan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu (
berbicara tanpa persiapan ).
2.
PROTAGORAS
Protagoras
adalah seseorang yang menyatakan bahwa kemahiran berbicara bukan untuk
kemenangan melainkan demi keindahan bahasa.
3. SOKRATES
Sokrates
menyatakan bahwa retorika adalah demi kebenaran. Metode Sokrates dalam
beretorika adalah :
a)
Memisahkan pemikiran salah dari yang tepat, yaitu dengan jalan berpikir
mendalam dan memperhatikan suatu persoalan dengan sungguh-sungguh agar dapat
menemukan suatu “nilai universal” yang ada dalam masyarakat.
b) Bertanya
( dialog ) dan menyelidiki argumentasi yang diberikan kepadanya.
4. ISOKRATES
Isokrates
mendirikan sekolah retorika tahun 931 SM dengan penekanan pada penggunaan
kata-kata dalam susunan yang jernih tapi tidak berlebih-lebihan, rentetan anak
kalimat yang seimbang dengan pergeseran suara dan gagasan yang lancar.
5. PLATO
Menurut
Plato, retorika penting sebagai model pendidikan, sarana mencapai kedudukan
dalam pemerintahan, dan mempengaruhi rakyat. Beberapa karangannya yang terkenal
:
i. Nomoi
yaitu tulisan berupa jawaban atas bukunya ‘Politikos’ yang mengupas tentang
undang-undang.
ii.
Dialogues berbicara tentang pembuatan kerangka retorika yang dianggap benar
yaitu berkaitan dengan kebenaran dan moral.
6.
ARISTOTELES
Menurut
Aristoteles, tujuan retorika adalah membuktikan maksud pembicaraan atau
menampakkan pembuktian. Ia menulis 3 jilid buku berjudul De Arte Rhetorica,
yang diantaranya berisi 5 tahap penyusunan pidato. Tahapan tersebut terkenal
dengan sebutan 5 hukum retorika yang meliputi :
1) Inventio
( penemuan )
Pembicara
menggali topik dan meneliti khalayak untuk mengetahui metode persuasi yang
paling tepat.
2)
Dispositio ( penyusunan )
Pembicara
menyusun pidato atau mengorganisasikan pesan. Pesan dibagi ke dalam beberapa
bagian yang berkaitan secara logis.
3) Elocutio
( gaya )
Dapat
ditempuh dengan cara : menggunakan bahasa yang tepat, memilih kata-kata yang
jelas dan langsung, memakai kalimat yang indah, dan menyesuaikan bahasa dengan
pesan, khalayak, dan pembicara.
4) Memoria (
memori )
Pembicara
harus mengingat apa yang ingin disampaikannya.
5)
Pronuntiatio ( penyampaian )
Pembicara
harus memperhatikan suara dan gerakannya saat menyampaikan pesan.
7. MARCUS
TULIUS CICERO
Cicero
menyarankan bahwa seorang orator harus mencari bahan-bahan yang akan dibahas,
menyusun dengan sistematis bahan-bahan tersebut, mencoba menghafal isinya, dan
mengemukakan persoalan dengan baik.
8. PLUTARCH
( 46-120 SM )
Dia berpendapat
bahwa pidato harus disampaikan dengan meyakinkan yang dapat dicapai dengan
keyakinan pembicara, percaya diri, dan teknik bahasa.
9. TACITUS (
55-116 M )
Tacitus
menyatakan bahwa retorika akan hilang seiring dengan berkurangnya demokrasi.
RETORIKA
ARISTOTELES
Aristoteles
membagi pidato menjadi 3 jenis sesuai dengan karakteristik pendengarnya :
I. Pidato
yudisial ( legal ) atau forensic, yaitu pidato mengenai perkara di pengadilan,
apa yang telah terjadi dan tidak pernah terjadi.
II. Pidato deliberatif
atau politik yaitu pidato yang berisi nasihat yang disampaikan.
III. Pidato
epideitik atau pidato demonstrative yaitu pidato-pidato untuk pementasan,
maupun bukan, yang berisi kecaman atau pujian mengenai hal-hal yang pernah
terjadi.
Dasar-dasar
retorika menurut Aristoteles adalah :
1. Retorika
erat kaitannya dengan moral karena harus mengemukakan hal yang benar.
2. Metode
retorika mendasarkan diri kepada analitika yaitu meneliti berbagai argumentasi
dari proposisi yang benar dan dialektika yaitu meneliti argumentasi dari
proposisi yang diragukan kebenarannya.
3. Retorika
sebagai sesuatu yang inheren yang diresapi semua orang.
4. Totalitas
suatu pidato mencakup faktor ethos, pathos, dan logos. Ethos yaitu kesadaran
orator yang tampil sebagai seseorang yang dapat dipercaya oleh pendengar.
Pathos yaitu segi emosional pembicara. Dan Logos yaitu himbauan berdasarkan
argument yang logis.
ALIRAN
RETORIKA MODERN
ð Ditandai
dengan munculnya renaissance sekitar tahun 1200-an.
ð Menurut
Jalaluddin Rahmat, ada 3 aliran, yaitu :
1. Aliran
Epistemologis
Membahas
teori pengetahuan, asal-usul, sifat, metode, dan batas pengetahuan manusia.
Tokohnya : Roger Bacon yang menekankan penggunaan rasio dan imajinasi pada
retorika.
2. Aliran
Belles Lettres
Mengutamakan
keindahan bahasa, segi-segi estetis pesan. Tokohnya : Hugh Blair yang
menghubungkan antara retorika, sastra, dan kritik sehingga memunculkan cita
rasa dengan apapun yang indah.
3. Aliran
elokusionis
Menekankan
teknik penyampaian pidato. Tokohnya : Gilbert Austin yang memberi ipetunjuk
praktis mengenai penyampaian pidato.
ABAD 20
ð Tokoh
retorika abad ini diantaranya :
- James A.
Winans
= yang menggunakan psikologi modern dalam pidatonya.
- Charles H.
Woolbert
= pidato adalah ungkapan kepribadian.
- William N.
Brigance
= menekankan pada faktor keinginan sebagai dasar persuasi.
METODE
RETORIKA KLASIK
1) Inventio
atau heuresis
Meliputi :
kemampuan untuk menemukan, mengumpulkan, menganalisis, dan memilih materi yang
cocok untuk suatu pidato.
2)
Dispositio atau taxis atau oikomia
Ialah
penyusunan atau pengurutan materi berdasarkan prinsip-prinsip masuk akal.
3) Elocutio
atau lexis
Yaitu
penyajian gagasan dalam bahasa yang sesuai, berdasarkan pada kejelasan bahasa,
ketajaman kesopanan, dan hiasan pikiran dengan upaya retorika.
4) Memoria
atau mneme
Yaitu
menghafalkan pidato.
5) Actio
atau hypokrisis
Ialah
menyajikan pidato dengan memperhatikan suara, sikap, dan gerakan.
SISTEMATIKA
PENULISAN RETORIKA KLASIK
1. Poem atau
exordium
Adalah
pembukaan = harus jelas, singkat, dan sopan.
2. Narratio
atau diogesis
Adalah
pernyataan dengan fakta-fakta yang jelas, dipercaya, dan singkat.
3. Agon atau
argumen
Adalah
penyajian fakta-fakta untuk membuktikan masalah yang sedang dibicarakan.
4. Refutatio
atau lysis
Adalah
penolakan fakta-fakta yang berlawanan. Pembicara keberatan dengan hal-hal
yang bersifat palsu.
5. Peroratio
atau epilogos
Adalah
kesimpulan atau rangkuman.
PUBLIC
SPEAKING
Keuntungan-keuntungannya
antara lain :
Ø Pendapat
DeVito (1994)
a)
Meningkatkan keahlian dalam akademik dan karir
b)
Memperbaiki kemampuan berkomunikasi secara umum
c)
Meningkatkan kemampuan berbicara didepan publik
Ø Pendapat
Wuwur (1999: 18-20)
a)
Meningkatkan kemampuan pribadi seperti mengurangi perasaan tidak percaya diri
b) Untuk
keberhasilan dan kemudahan pribadi dalam proses komunikasi
c)
Memperluas orientasi wawasan pribadi
d) Dapat
membina relasi dengan baik
e) Semakin
terbuka terhadap diri sendiri dan orang lain
Sejarah Public Relations di Eropa
Filosofi Etimologi PR
Istilah Public Relations atau
disingkat PR (baca:piar), atau disebut juga PROVINCIAL, yang di Indonesia
secara umum diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat yang disingkat menjadi
Human.
Karena istilah bahasa selalu mengacu pada etimologinya, dan kedua istilah itu dibedakan oleh bahasa yang berlatar belakang berbeda, sudah barang tentu operasionalisasi dan aktualisasinya pun menjadi berbeda.
Istilah PR sebenarnya baru dikenal pada abad ke-20 namun gejalanya sudah tampak sejak abad-abad sebelumya, bahkan sejak manusia masih primitif. Unsur dasarnya adalah memberi informasi, membujuk, dan mengintergrasikan khalayak selalu tampak dalam kehidupan masyarakat zaman dulu.
Hubungan yang diharapkan adalah
hubungan yang harmonis. Harmonis dalam arti adanya saling pengertian dan
persesuaian antara kedua belah pihak, satu sama lain saling memperoleh
keuntungan dan merasa senang.
Padahal apa yang dilakukan Cleopatra dengan keindahannya sebagai ratu, dalam rangka menyambut Mark Anthony di tepi sungai Nil, sebenarnya merupakan kegiatan PR. Demikian pula di zaman Neolithic sudah ada praktek public relations.
Di zaman purbakala orang berhubungan dengan orang lain yang berjauhan tempatnya melalui tanda-tanda berupa asep api di atas gunung atau tabuh-tabuhan, tiada lain untuk menarik perhatian dalam rangka memberitahukan sesuatu kepada orang lain atas dasar memelihara hubungan baik dengan sesamanya.
Padahal apa yang dilakukan Cleopatra dengan keindahannya sebagai ratu, dalam rangka menyambut Mark Anthony di tepi sungai Nil, sebenarnya merupakan kegiatan PR. Demikian pula di zaman Neolithic sudah ada praktek public relations.
Di zaman purbakala orang berhubungan dengan orang lain yang berjauhan tempatnya melalui tanda-tanda berupa asep api di atas gunung atau tabuh-tabuhan, tiada lain untuk menarik perhatian dalam rangka memberitahukan sesuatu kepada orang lain atas dasar memelihara hubungan baik dengan sesamanya.
Dalam peradaban Mesir kuno, para
alim ulama merupakan pakar-pakar opini publik dan persuasi. Mereka menggunakan
karya seni dan sastranya dalam bentuk pyramid, obelisk, candi, spink, atau pun
patung-patung untuk memberikan kesan kepada public mengenai keagungan dan
pentingnya raja, alim ulama, para bangsawan, sastrawan, serta para pemimpin
lainnya.
Demikian pula seni dan sastra
peradaban Babylonia purba, Assyria purba, dan Persia member kesan kepada kita
betapa berani dan heroiknya para raja dalam memenangkan peperangan ataupun
pertempuran.Sejarah pun mencatat, Iskandar Agung telah mengimpor gagasan
tentang ke-Tuhan-an dari Timur ke Yunani. Dialah orang barat pertama yang
menyebut dirinya Tuhan. Sementara itu Kaisar Romawi telah menggunakan muslihat
ini untuk menyucikan kekuasaan politiknya melalui lambing ke-Tuhan-an
(Moore,1988:23).
Prinsip Public Relations telah
pula dilakukan oleh orang-orang Yunani dan Romawi dengan dasar-dasar vox populi
(suara rakyat) dan republica (kepentingan umum). Pada zaman keemasan negaranya
Olimpic Games, Dionysian Festivals, dan upacara-upacara keagamaan lainnya telah
menggalakkan saling tukar pendapat dan perkembangan semangat dan kesatuan
nasional.
Kota-kota di Yunani semakin
mencerminkan opini publik. Para pemimpin semakin sadar akan hubungan mereka
dengan rakyatnya melalui apa yang sekarang dianamkan public relations.
Demikian pula orang-orang
Romawi, telah memiliki konsep opini publik dan Public Relation melalui
pontifexmaximus (Imam Agung)) yang mencatat segala pemberitahuan atau kejadian
pada annals (papan tulis atau papan pengumuman yang dipampangkan di rumah Imam
Agung), di mana rumores, vox populi atau res publicae (peristiwa-peristiwa umum
dan penting) dari SPQR (pemerintahannya atau Dewan Kerajaan dan Rakyat Romawi)
disiarkan kepada umum.Kemudian oleh Mahajara Caesar annels itu diganti dengan
acta diurnal (peristiwa sehari-hari yang dicatat dalam papan tulis) yang
dipasang di Forum Romanum (Stadion Romawi) untuk diketahui oleh umum.
Suatu langkah maju dalam
kegiatan public relations terlihat pada abad pertengahan di mana timbul
perselisihan dagang yang disebut gilda di Eropa. Gilda pada saat itu merupakan
suatu organisasi yang anggotanya terdiri dari orang-orang yang
bermata-pencaharian sama. Di dalam organisasinya ini mereka memilih pengurus
dan menentukan peraturan-peraturan yang dapat menjamin ketentraman bersama di
dalam bidang perniagaannya.
Perkumpulan dagang yang bergerak
dalam bidang perniagaan sejenis itu, dengan tujuan untuk membatasi persaingan
dari dalam dan menolak persaingan dari luar, berusaha meningkatkan hasil
produksinya kepada public dengan mengadakan penerangan atau pemberitahuan
tentang kualitas, faedah dan manfaat barang produksinya bagi si pemakai. Dengan
pelayanan dan penerangan yang baik itu, ada juga yang berhasil merebut pasaran
bagi hasil produksinya.
Dari kegiatan-kegiatan tersebut
tampak adanya praktek Public Relations yang terorganisasi. Karenanya, sebagian
besar para ahli sejarah menyatakan bahwa public relations yang terorganisasi
timbul pada zaman gilda. Bahkan tidak saja memulai adanya Public Relations yang
terorganisasi, kegiatan para gilda itu ternyata pula memulai adanya propaganda
perdagangan yang dilakukan oleh para anggotanya.
Perkembangan Demokrasi
di Dunia
Di negeri Inggris timbul
tuntutan hak-hak demokrasi dari golongan atas dan menengah terhadap rajanya,
sehingga rakyat diakui untuk duduk dalam House of Common (Dewan Rakyat) yang
akhirnya berhasil menuntut Reform Bill (Undang-undang perubahan) pada tahun
1832.
Di Perancis pun, pada zaman Lous
ke-16, muncul pergolakkan-pergolakkan yang menuntut adanya hak-hak demokrasi.
Buah pikiran para ahli filsafat dan pujangga-pujangga seperti demokrasi. Buah
pikiran para ahli filsafat dan pujangga-pujangga seperti Montesquicu, melalui
bukunya L’esprit des Lois; Rosseau dalam bukunya Contract Social ; dan Voltaire
telah membuka mata rakyat perancis untuk memperbaiki nasibnya dengan tangannya
sendiri.
Begitu pula, perkembangan
kegiatan PR didorong oleh adanya Revolusi Amerika tahun 1775 yang menyatakan
dasar-dasar bagi demokrasi baru. Dengan Declaration of Independe-nya tahun 1776
rakyat Amerika memperoklamsikan bahwa umat manusia dilahirkan ke dunia dengan
berbekal karunia Tuhan yang berupa hak-hak kepentingan dirinya untuk mencapai
keselamatan dan kemakmuran.
Baik pemberontakan di Inggris
maupun revolusi di Perancis dan Amerika, semuanya bertujuan sama, yaitu untuk
menegakkan kehidupan demokrasi.
Suara rakyat yang dulunya dipandang sepele oleh pemerintahnya, kini harus didengar dan menjadi suara berharga bagi kehidupan negaranya.
Suara rakyat yang dulunya dipandang sepele oleh pemerintahnya, kini harus didengar dan menjadi suara berharga bagi kehidupan negaranya.
Dalam alam demokrasi rakyat
memperoleh kebebasan untuk memilih wakil-wakilnya dan dipilih untuk duduk di
Dewan Perwakilan Rakyat. Dengan demikian rakyat dapat turut memberikan suaranya
melalui wakil-wakil yang dipilihnya di Dewan Perwakilan Rakyat. Ini berarti
bahwa rakyat dapat menentukan opini public dalam masyarakatnya, di samping juga
sangat menentukan seklai dalam mengarahkan haluan pemerintahan.
Revolusi Industri
Revolusi Industri di awal abad
ke-19 ikut pula mendorong pesatnya perkembangan PR. Penemuan-penemuan baru
dalam lapangan perindustrian meningkatkan cara kegiatan PR pada taraf yang
lebih tinggi dan lebih luas.
Penemuan mesin uap oleh James Watt (1769), alat pintal oleh Arkwright (1786), dan mesin tenun oleh Cartwright (1786) mengakibatkan tersisihnya tenaga manusia oleh mesin-mesin yang dimulai dipakai di pabrik-pabrik.
Penemuan mesin uap oleh James Watt (1769), alat pintal oleh Arkwright (1786), dan mesin tenun oleh Cartwright (1786) mengakibatkan tersisihnya tenaga manusia oleh mesin-mesin yang dimulai dipakai di pabrik-pabrik.
Produksi pun bisa dilakukan
secara besar-besaran hingga menghasilkan barang secara cepat dan banyak.
Kemajuan perniagaan dipercepat pula setelah perhubungan lalu lintas dapat
diperbaiki, terutama alat-alat pengangkutan. Penemuan kapal api dan kereta api
misalnya, oleh Robert Fulton (1807) dan George Stephenson (1825) menimbulkan
ekspansi perdagangan dan perniagaan lebih hebat lagi.
Kondisi tersebut sangat
membutuhkan keterjangkauan melakukan perluasan demi mencapai publik. Oleh
karena itu, dibutuhkan bentuk komunikasi yang lebih maju. Ini berarti pula
dirasakan adanya kebutuhan kegiatan PR yang lebih efektif, yang tidak lagi
hanya berhadapan muka (face to face) atau kontak pribadi (personal contact).
Tetapi sudah kepada bagaimana memikirkan segala kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi apabila mereka melakukan pengembangan terhadap usahanya. Mereka harus
menyelidiki situasi atau masalah yang timbul karena adanya hubungan atau
kegiatan mereka di kalangan publiknya.
Perkembangan Serikat Buruh
Sebelum adanya revolusi industri
tenaga buruh banyak diperas oleh tuan-tuan tanah. Baik dalam lapangan
pertanian, perkebunan, pelabuhan, mapun dalam lapangan kerja lainnya.
Bersamaan dengan revolusi industri, muncul pula suatu kecenderungan yang makin cepat ke arah urbanisasi dan produksi besar-besaran, disertai dengan meningkatnya sarana komunikasi dan transportasi.Keadaan demikian semakin pesat berkembang, perusahaan-perusahaan raksasa pun bermunculan bagai cendawan tumbuh.
Bersamaan dengan revolusi industri, muncul pula suatu kecenderungan yang makin cepat ke arah urbanisasi dan produksi besar-besaran, disertai dengan meningkatnya sarana komunikasi dan transportasi.Keadaan demikian semakin pesat berkembang, perusahaan-perusahaan raksasa pun bermunculan bagai cendawan tumbuh.
Ini berarti, tenaga manusia di
pabrik-pabrik semakin tidak berarti, tersisih oleh tenaga mesin. Sehingga, upah
buruh pun makin lama makin rendah, sehingga menimbulkan masalah-masalah baru
dalam lingkungan perburuhan.Buruh dan mesin dianggap sama sebagai benda
kepunyaan majikan. Sedangkan publik hanyalah tempat pelemparan hasil produksi
atau tempat mengejar keuntungan semata.Semua buruh bersatu untuk sama-sama
memperjuangkan nasibnya dalam menghadapi dan mengimbangi tekanan dari pihak
majikan.
Dengan demikian, terasa adanya
kebutuhan akan suatu badan khusus yang bergerak di bidang komunikasi antara
majikan, buruh, dan publik. Komunikasi yang menghubungkan para industrialis
atau pengusaha-pengusaha sebagai majikan (pimpinan) dengan buruh sebagai
pelaksana atau pekerja (bawahan) dan publik sebagai konsumen (pemakai hasil
produksi). Diperlukan badan penghubung yang khusus meneliti serta menyalurkan
keinginan majikan dan buruhnya serta publik terhadap hasil produksi
perusahaannya.
Public Relations Modern
Baik pesatnya perkembangan
demokrasi, maupun majunya perkembangan industri, semuanya menyebabkan
pergeseran-pergeseran atau kegoncangan-kegoncangan hebat di bumi ini. Sejalan
dengan perkembangan tersebut, kmunikasi pun dituntut untuk lebih maju lagi,
sehingga kegiatan PR pun semakin banyak dipergunakan, banyak dipelajari, dan
diteliti. Pada tahun 1906 sebuah industri besar Amerika meminta Ivy Lee untuk
menjadi juru bicara dalam hubungan antara perusahaan itu dengan public dan
badan-badan lainnya. Dari situ Lee memulai karirnya sebagai seorang Publisist.
Karena itu Ivy Lee dianggap sebagai pelopor PR Modern. Karena jasa-jasanya
dibidang PR itu pula maka Lee disebut sebagai Father of Public Relations
(Cutlip, 1958:33)
Meskipun tidak pernah menunjuk
dirinya sendiri, Ivy lee dikenal pula sebagai penasehat hubungan masyarakat
yang pertama (Moore, 1988:27). Karirnya dalam bidang PR dikembangkan pula
dengan membuka sebuah kantor konsultasi di bidang PR di New York (1916).
Kemudian ia membuka sebuah kantor publisitas yang diberi nama Parker and Lee (1930),
dan tiga tahun kemudian menjadi pelayan pers dari pengelola batubara antrasit
di Pennsylvania Railroad.
Pertama, ia telah menemukan
pentingnya memanusiakan bisnis dan memasyarakatkan PR di kalangan karyawan,
pelanggan, serta komunitas di sekitar perusahaan. Kedua, ia duduk di antara
para top-eksekutif dan tidka melaksanakan program apapun jika tidak memperoleh
dukungan aktif dan partisipasi pribadi dari manajemen (Griswold, 1948:7).
Declaration of principles-nya yang disampaikan kepada pers, atas nama para
pengelola batubara antrasit dalam suatu pemogokan buruh, menyatakan keteguhan
pendapatnya bahwa publik harus diberi informasi (Morse, 1906 : 460).
Sejalan dengan pesatnya
perkembangan perniagaan, perdagangan, serta industri, yang mengakibatkan adanya
persaingan yang hebat di antara para pengusahanya, modernisasi PR melahirkan
pula periklanan dan publisitas yang lebih tepat guna lagi. Hampir semua usaha
perdagangan dan industri, baik kecil maupun raksasa, memanfaatkan periklanan
dan publisitas ini.
Perang Dunia II dan PR
Kemajuan penggunaan PR yang
lebih pesat lagi tampak sesudah Perang Dunia II. Kegiatan PR tidak saja
dipergunakan di bidang perdagangan dan industri atau profesi.
Departemen-departemen di pemerintahan juga ikut memanfaatkannya. Mereka
menggunakan PR untuk membina dan memelihara saling pengertian antara
organisasinya dengan masyarakat. Dalam bidang pemerintahan, penggunaan PR
dipelopori oleh George Cree pada pemerintahan Wilson di Amerika.
Presiden Wilson pada saat itu
menugasi Creel untuk memimpin panitia yang bergerak dalam bidang Public
Information. Di dalam panitia tersebut bekerja juga seroang ahli pertanian yang
tertarik pad abiding pers, Edward I. Bernays. Setelah lulus Cornell University,
Bernays memulai karirnya di bidang publistas.
Bernays pun ikut mengembangkan
PR tersebut dengan menciptakan Public Relations Council. Bukunya yang berjudul
Crystalizing Public Opinion (1923) bersama buku Walter Lippman yang berjudul
Public Opinion (1922) telah menimbulkan pengaruh kuat pada bidang Public
Relations.
Karenanya timbul kebutuhan akan
orang-orang yang khusus memiliki pengetahuan di bidang PR. Atas dasar keperluan
itu pula orang mulai memikirkan perlunya pendidikan khusus di bidang ini.
Timbul pemikiran – pemikiran untuk mendidik para calon Public Relations Officer
(PRO). Kepada mereka akan diajarkan pengetahuan tentang dasar-dasar
kepemimpinan dan ketrampilan dalam melaksanakan PR secara tepat guna.
Pada abad ke-20 dengan
meningkatnya penerimaan orang terhadap penggunaan publisitas, lembaga
publisitas pertama adalah Biro Publisitas yang didirikan di Boston pada tahun
1900. Harvard College menjad kliennya yang paling prestisius. George F. Parker
dan Ivy Ledbetter Lee (Ivy Lee) membuka sebuah kantor publisitas di New York
pada tahun 1904.
Gabungan antara sikap manajemen
keras kepala dan tindakan tidak pantas, memperjuangan buruh, dan kritik public
yang tersebar luas menghasilkan penasihat PR pertama, yaitu Ivy Ledbetter Lee.
Ia lulusan Universitas Princenton dan mantan wartawan ekonomi New York World
ini memulai praktik pribadinya sebagai seorang praktisi atau konsultan PR.
Namun dalam waktu singkat, ia memperluas peran tersebut untuk menjadi penasihat
PR yang pertama.
Perkembangan PR modern dimulai
pada tahun 1906 ketika Ivy Lee disewa oleh industry baja antrasit, yang pada
saat itu menghadapi pemogokan buruh. Ivy Lee melihat bahwa meskipun pemimpin
buruh tambang, John Micthell sudah menginformasikan kepada wartawan, semua yang
mereka tuntut, pemimpin pemilik tambang, George F.Bair, telah menolak berbicara
dengan pers atau bahkan dengan Presiden Theodore Roosevelt, yang berusaha
menengahi perselisihan ini. Menurutnya bahwa “operator tambang batu bara
antrasit, dengan menyadari kepentingan umum yang dikehendaki di kawasan
pertambangan, telah berupaya memberikan semua informasi kepada pers” (Wilcox,
Ault, dan Agee. 2006:59).
Erci Goldman mengatakan bahwa perkembangan PR tahap kedua ditandai dengan deklarasi yang cetuskan oleh Ivy Lee. Deklarasi itu bernama, Declaration of Principle (Deklarasi Acuan Dasar) yang menyiratkan akhir dari era sikap bisnis “tidak peduli masyarakat” dan awal dari era “masyarakat perlu informasi”.
Erci Goldman mengatakan bahwa perkembangan PR tahap kedua ditandai dengan deklarasi yang cetuskan oleh Ivy Lee. Deklarasi itu bernama, Declaration of Principle (Deklarasi Acuan Dasar) yang menyiratkan akhir dari era sikap bisnis “tidak peduli masyarakat” dan awal dari era “masyarakat perlu informasi”.
Deklarasi tersebut berbunyi,
“Ini bukanlah biro pers rahasia. Semua pekerjaan kami dilakukan secara terbuka.
Kami bertujuan menyampaikan berita. Ini bukan sebuah agen iklan; Jika Anda
beranggapan urusan kami harus berjalan sebagaimana mestinya menuju kantor Anda,
jangan gunakan urusan kami ini. Masalah kami akurat. Rincian selanjutnya
mengenai subjek olahan akan diberikan secara cepat, dan dengan senang hati kami
akan membantu setiap editor dalam usaha mereka mencari penjelasan langsung
mengenai setiap pernyataan fakta. Singkatnya, rencana kami adalah jujur dan
terbuka, atas nama kepentingan bisnis dan lembaga masyarakat, memberikan kepada
pers dan masyarakat Amerika Serikat informasi cepat dan akurat mengenai
subjek-subjek yang perlu diketahui public karena berarti dan berkaitan dengan
kepentingan publik”
Pada tahun 1914, ketika terjadi
peristiwa keji yang dikenal dengan Ludlow Massacre, John D. Rockeeller dan
lokasi pabrik Iron Company. Ivy Lee sempat kehilangankepercayaan masyarakat
denga menjadi penasehat kaumpekerja Rusia dalam pengakuan diplomatic dan
perdagangan tahun 1020-an.
Ivy Lee dikenang karena empat sumbangan pemikirannya yang penting bagi PR :
(1) memajukan konsep bahwa bisnis dan industri harus mengikatkan diri dengan kepentingan masyarakat atau public dan bukan sebaliknya ;
(2) berurusan dengan top manajemen dan tidak menjalankan program apa pun, kecuali program itu memperoleh dukungan aktif dan kontribusi pribadi dari top manajemen ;
(3) memelihara komunikasi terbuka dengan media berita atau pers ;
(4) menekankan perlunya bisnis yang memanusiakan dan menarik PR-nya turun ke tingkat masyarakat atau publik. Peran praktisi PR sebagai penasihat perusahaan dan manajemen kelembagaan menjadi penting.
Tokoh yang melihat kondisi
ekonomi amerika yang berkembang itu, didefinisikan oleh Edward L. Bernays dalam
sebuah buku yang berjudul Crystallizing Public Opinion yang diterbitkan pada
tahun 1923. Selain itu, ia juga dengan rutin, menulis untuk jurnal Public
Relations Quarterly, seringkali mengenai tema pemberian lisensi sebagai satu
cara untuk menghapus praktisi yang tidak kompeten dan tidak etis dari bidang
ini. Karena dinilai mempunyai pengetahuan luas sebagai penemu PR modern.
Penasehat PR selanjutnya adalah
Rex Harlow. Pada usia 96 tahun (1988) ia merupakan pendidik tetap pertama di
bidang PR. Sebagai seorang professor di Sekolah Pendidikan, Univeristas
Satanfors, Harlow mulai mengajar kursus PR secara regular pada tahun 1939. Pada
tahun itu, ia mendirikan (American Council on Public Relations Society of
America) Ia menjadi ketuanya selama delapan tahun.
Alfred P. Sloan, President
General Motors Corporation, juga di antara eksekutif pertama yang menempatkan
kepercayaan besar pada PR. Pada tahun 1931, selama tahun-tahun pertama masa
depresi berat ketika bisnisnya banyak diserang karena kegagalannya, Sloan
menyewa Paul Garrett sebagai karyawan PR yang pertama di perusahaan tersebut.
Denny Griswold, sebagai editor Public Relations News disebut pula sebagai Ibu Public Relations. Publikasinya, yang diterbitkan pada tahun 1944, merupakan terbitan berkala pertama dan independen dalam bidang PR. Sedangkan yang disbeut Bapak PR adalah, Ivy Lebetter Lee dan Edward L. Bernays.
Kisah “Bapak PR Modern” Edward L. Bernays
Denny Griswold, sebagai editor Public Relations News disebut pula sebagai Ibu Public Relations. Publikasinya, yang diterbitkan pada tahun 1944, merupakan terbitan berkala pertama dan independen dalam bidang PR. Sedangkan yang disbeut Bapak PR adalah, Ivy Lebetter Lee dan Edward L. Bernays.
Kisah “Bapak PR Modern” Edward L. Bernays
Edward L. Bernays (1891-1995),
sebagai Bapk PR Modern, tampaknya tidak banyak dikenal seperti Ivy Lee.
Buku-buku PR klasik Cutlip Center, Effective Public Relations, yang diacu
sebagai “alkitabnya” PR tidak begitu menonjolkan nama-nama perintis PR,
termasuk Edward L. Bernays.
Ia merupakan orng pertama yang
meyakinkan kaum bisnis bahwa PR merupakan urusan eksekutif. Selain itu ia
mempunyai misi pribadi untuk “mengumumkan masa depan profesi PR” . Ia pun
sempat menerbitkan buku pertama teks PR pertama berjudul Crystalizing Public Opinion
(1923). Buku teks klasik ini disusun berdasarkan konsep hakikat dan kekuatan
opini publik, yang dianggap sebagai raisan d’ectre PR yang berkembang dan
terpisah dari praktik press agentry dan publicity work yang dirintis Ivy Lee.
Para akademisi dan konsultan PR
yang tergabung dalam asosiasi (AEJMC) sepakat mengangkat Edward L. Bernays
sebagai Bapak PR. Upacara pemberian gelar the Father of Public Relations ini
berlangsung dalam kongres AEJMC tanggal 10 Agustus 1991 di Park Plaza Hotel,
Boston.
Barneys, yang oleh banyak orang
dianggap sebagai penemu PR Modern menulis “Tiga elemen utama PR hampir sama
tuanya dengan masyarakat : memberi informasi, membujuk, dan menyatukan massa.
Tentu saja, pemahaman dan metode dari pengerjaannya terus berubah selaras dengan
perkembangan masyarakat”.
Kisah Grunig & Hunt dan “PR Kontemporer”
Berdasarkan pada teori dan
penelitian yang dilakukan oleh James Grunig dan Todd Hunt memaparkan 4 model
surt suara menyurat Humas di 4 periode sejarah dan perkembangan modern PR (Grunig
& Hunt, 1984). Teori zamannya adalah: publisitas (teori penyiaran, teori
informasi publik), Advokasi (teori asimetris), Hubungan (teori simetris).
Berikut adalah perkembangan sejarah PR kontemporer berdasarkan teori Grunig dan Hunts.
Kisah Grunig & Hunt dan “PR Kontemporer”Berikut adalah perkembangan sejarah PR kontemporer berdasarkan teori Grunig dan Hunts.
Berdasarkan pada teori dan penelitian yang dilakukan oleh James Grunig dan Todd Hunt memaparkan 4 model surt suara menyurat Humas di 4 periode sejarah dan perkembangan modern PR (Grunig & Hunt, 1984). Teori zamannya adalah: publisitas (teori penyiaran, teori informasi publik), Advokasi (teori asimetris), Hubungan (teori simetris).
Berikut adalah perkembangan sejarah PR kontemporer berdasarkan teori Grunig dan Hunts.
1. Zaman Publisitas (1800-an)
Fokus : Penyebaran info dan mendapat perhatian.
Sifat Komunikasi : Satu arah
Peneltian : -
Kegunaan saat ini :Dunia hiburan, olahraga, marketing
Pada tahun 1820, Amos Kendall, seorang penulis dan editor dari Kentucky yang kemudian menjadi asisten Presiden Andrew Jackson, memiliki pengaruh paling besar. Pad atahun 1829, ia menjadi Sekretaris Pers Gedung Putih yang pertama. Ia menulis pidato, koran dan siaran berita kenegaraan, serta mengadakan angket tentang opini masyarakat. Kendall juga mengembangkan surat kabar milik pemerintah.
Dibukanya wilayah Amerika Barat memberi banyak kesempatan bagi PR untuk memengaruhi orang yang timbul di pantai Atlantik untuk pindah ke barat. Banyak pesan yang dibuat terlalu berlebihan, seperti legenda Daniel Boone, Buffalo Bill Cody, Wyatt Earp dan Calamity Jane yang digunakan untuk membujuk orang-orang agar pindah ke sebelah barat Mississipi.
Reformasi sosial pada pertengahan ke-a abad 19 juga sangat bergantung pada teknik klasik PR. Gerakan penghapusan perbudakan termasuk strategi membentuk sendiri masalah, seperti yang dilakukan Harriet Beecher Stowe dengan novelnya Uncel Tom’s Cabin. Gerakan penghapusan perbudakan juga melihatkan strategi lain, seperti dukungan pihak ketiga, memohon keadilan dan otoritas moral. Hal tersebut menggunakan taktik publikasi, public speaking, dan sebagainya.
Kampanye kepresidenan Bryan-Mckinley pada tahun 1896 adalah kali pertamanya mengerahkan semua usaha untuk mendapat opini publik, yakni dengan menggunakan poster, pamflet, rilis berita, pidato dan pertemuan langsung dengan publik di setiap pemberitahuan kereta di seluruh pelosok negara.
2. Zaman Informasi (awal 1900-an)
Fokus :Kejujuran dan akurasi dari penyebaran info.
Sifat komunikasi : Satu arah
Penelitian : -
Kegunaan saat ini : pemerintahan, lembaga nonprofit, lembaga bisnis.
Pada zaman informasi, ditemukan banyak kantor dan departemen humas yang didirikan untuk menyediakan informasi yang akurat, jujur, dan disukai secara berkala pada publik mengenai sebuah lembaga.
Tokoh yang sangat penting pad amasa ini adalah Ivy Ledbetter Lee. Kontribusinya bagi humas antara lain “Declaration of Principle” yang disebutkannya sebagai komunikasi yang jujur pada publik.
Selama periode ini berikut adalah praktik PR yang pertama :
1900: Kantor PR pertam didirikan di Boston.
1904: Kantor publisitas University of Pennsylvania.
1905: Kantor publisitas YMCA.
1906: Penn Railroad & Ivy Lee.
1906: Standart Oil menyewa publisis.
1907: Kantor publisitas Marine Corp.s
1908: Buletin internal Ford
1908: Departemen Humas AT&T.
1908: Program publisitas Palang Merah Amerika.
1914: Colorado Fuel & Iron menyewa Ivy Ledbetter Lee.
1917: Creel Committee on Public Information.
1918: Kantor pers National Lutheran Council.
1919: Kantor pers Knights of Colombus.
1921: Kantor Humas Scars & Roebuck.
3. Zaman Advokasi (pertengahan 1900)
Fokus : Mengubah sikap dan memengaruhi perilaku.
Sifat Komunikasi : 2 arah.
Penelitian : sikap & opini.
Kegunaan saat ini : lembaga bisnis yang bersaing, penyebab dan pergerakan.
Sepanjang pertengahan dan akhir abad 20, banyak penelitian dan praktik PR dibuat dengan teori advokasi, di mana organisasi mencoba untuk memengaruhi sikap dan perilaku publik. Pada masa ini, banyak penelitian yang berhubungan dengan propaganda, pencucian otak, dan manipulasi sosial. Setelah perang selesai, banyak praktisi dan peneliti melanjutkan penjelajahan mereka ke komunikasi persuasi.
Ada pun beberapa kejadian penting PR yang terjadi pada zamannya.
1922: Walter Lippmann menulis Public Opinion.
1922: Bernays mengajar kelas pertama tentang PR di New York University.
1923: Bernays menulis Crystalizing Public Opinion.
1939: Rex Harlow menjadi profesor PR yang pertama (Stanford University).
Teori advokasi bisa digunakan di banyak situasi. Biasanya, kantor PR memberi layanan advokasi terutama untuk klien yang produk atau jasanya memiliki pesaing. Teori ini lazim digunakan di politik PR.
4. Zaman Hubungan (akhir 1900-sekarang)
Fokus : Pemahaman bersama dan penyelesaian konflik.
Sifat komunikasi : 2 arah
Penelitian : perspesi, nilai.
Kegunaan saat ini : perusahaan, pemerintah, lembaga non-profit.
Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, lahir pendekatan baru terhadap PR, melengkapi 3 teori sebelumnya mengenai publisitas, informasi publik, dan advokasi. Teori ini berdasarkan pada prinsip komunikasi sebagai kegiatan mendengarkan dan menyelesaikan masalah untuk keuntungan dua belah pihak, baik lembaga maupun publik.
Teori hubungan ini telah dipandang sebagai penyelesaian, dalam dunia relijius, gerakan kristiani dan komunikasi antaragama menjadi contoh teori hubungan ini. Dalam dunia bisnis, rekaan publik dan perekrutan konsumer menjadi contoh teori ini.
Referensi
Ardianto, Elvinaro. 2013. Handbook of Public Relations
(Pengantar Komprehensif). Bandung : Simbiosa Rekatama Media.
Suhandang, Kustadi.2012. Studi dan Penerapan Public Relations.
(Pedoman Kerja Perusahaan). Bandung: Nuansa Cendekia.
Publisitas
1
. Pengertian Publisitas
. Pengertian Publisitas
-
Publisitas merupakan kegiatan
mempublikasikan informasi baik informasi secara individual atau institusi oleh
orang lain atau media secara gratis.
-
Publisitas merupakan upaya individu atau
organisasi agar kegiatannya diberitakan oleh media massa
-
Publisitas merupakan berita yang ditulis
oleh media massa yang mencakup pemberitahuan tentang suatu produk,layanan-layanan
acara, posisi, dari suatu bisnis ,
agensi atau kelompok.
-
Publisitas menurut Herbert M. Bagus merupakan sebagai pesan yang direncanakan,
dieksekusi, dan didistribusikan melalui media untuk memenuhi kepentingan
publiknya tanpa membayar pada media.
2. Perbedaan Publikasi dan Publisitas
Publikasi
merupakan kegiatan untuk mengenalkan perusahaan agar masyarakat mengenal
perusahaan tersebut
Sedangkan
publisitas merupakan bentuk publikasi perusahaan yang dimuat di media massa
atau tindakan yang membawa seseorang atau perusahaan menjadi di kenal publik.
3.
Tujuan
dan Fungsi Publisitas
Adapun
tujuan dari kegiatan publisitas adalah meminimalisir anggaran sebuah
perusahaan .
Sedangkan
fungsi dari publisitas adalah sebagai
kegiatan dalam dunia politik , upaya mempopulerkan diri kandidat atau institusi
partai yang akan bertarung dalam pemilu.
4.
Empat
Bentuk Publisitas dalam Komunikasi Politik
1.
Pure
Publicity
Merupakan
cara mempopulerkan diri melalui aktifitas masyarakat dengan setting sosial yang
natural atau apa adanya.
Contoh
: ucapan selamat pada bulan ramadhan
dengan embel embel nama, foto kandidat.
2.
Free
ride publicity
Merupakan cara mempopulerkan dengan cara memanfaatkan
akses atau menunggangi pihak lain untuk
turut mempopulerkan diri.
Contoh
: menjadi sponsor gerakan narkoba
3.
Tie-in
Publicity
Merupakan
cara mempopulerkan dengan cara memanfaatkan extra ordinary news ( kejadian
sangat luar biasa ).
Contoh
: pristiwa gempa bumi atau banjir . kandidat mencitrakan diri dengan membantu
para korban
4.
Paid
Publicity
Merupakan
kegiatan mempopulerkan diri degan cara lewat pembelian rubik di media massa.
Contoh
: pemasangan advertorial, iklan kolom
5. Unsur-unsur Publisitas
-
Adanya sumber publisitas (
penginisiatif, perancang, penggagas)
-
Adanya message ( bersifat informatif,
persuasif, konstruktif, deskruktif tentang sesuatu baik orang,barang,jasa,
aktifitas dan peran )
-
Adanya media ( ruang publik, gedung,
tempat umum )
-
Ada managemen kegiatan atau aktifitas (
POAC)
-
Ada audiens
-
Ada tujuan
Untuk
mendapatan free publicity ikuti langkah sebagai berikut :
-
Sebarkan melalui facebook dan sosmed
lainnya
-
Kirim komentar tentang anda melalui
sosial media
-
Tulis surat kepada editor majalah
-
Undang para wartawan media massa
-
Tawarkan rekaman yang unik dan menarik
Public Relation Era SocMed
Apa Yang Dibutuhkan Public Relations Di Era Social Media?
Public Relations (PR) adalah sebuah profesi yang sudah terbangun berpuluh-puluh tahun lalu. Ilmu ke-PR-an sudah tertata begitu bagus dan mapan, serta diajarkan di berbagai Perguruan Tinggi, baik di Jurusan Komunikasi, maupun di sekolah-sekolah khusus ke-PR-an. Namun, ilmu-ilmu yang sudah mapan itu kini harus diperbarui lantaran munculnya fenomena social media seperti Facebook, Twitter, Plurk, dan sebagainya.
Internet membuat kerja praktisi PR masa kini mengalami perubahan yang sangat luar biasa. PR masa kini bukan hanya harus lihai berhubungan dengan influencer, termasuk media, tetapi juga dituntut untuk fasih berhubungan langsung dengan konsumen. Dan kita semua paham, karakter konsumen maya sudah pasti tidak sama dengan karakter jurnalis, media atau industri media, atau karakter medium dan influencer lain.
Konsumen yang bergabung di social media tidak butuh bahasa yang manis dan formal ala siaran pers. Yang mereka butuhkan adalah juru bicara perusahaan yang mengerti kebutuhan mereka dan sekaligus merespon keluhan mereka secepat mungkin. Konsumen juga butuh seorang praktisi PR yang bisa berinteraksi langsung dengan mereka dan melakukan percakapan. Tentu saja, ini bukan pekerjaan mudah. Apalagi praktisi PR itu wajib “berbicara” sesuai brand personality yang diwakilinya.
Mengapa harus demikian? Sebab konsumen bebas berteriak di Internet. Produk yang mengecewakan atau cacat tak mudah ditutupi dengan taktik-taktik PR tradisional. Kita tidak bisa begitu saja mengancam dan membungkam mereka. Bahkan upaya membungkam akan menimbulkan gerakan melawan yang lebih kencang, bahkan mendapat dukungan dari konsumen lain yang merasa mendapat pengalaman yang serupa.
Bukan hanya perilaku konsumen yang berubah dengan adanya social media. Yang juga juga berpotensi memusingkan banyak praktisi PR adalah kecepatan perubahan medium di social media. Tiga tahun lalu Friendster merajalela di Indonesia. Namun sejak setahun Facebooklah yang menjadi fenomena. Jika sebelumnya Plurk mendominasi microblogging di Indonesia,kini giliran Twitter yang lagi dipuja-puja.
Nah, yang memusingkan para praktisi PR, perilaku konsumen di setiap media baru ini juga berbeda-beda, tergantung pada fitur yang menjadi andalannya. Apa boleh buat, praktisi PR juga harus berpacu melawan kencangnya laju perkembangan media online di soial media ini.
Tidak mengherankan bila sekarang sedang tren lowongan pekerjaan untuk posisi PR, terutama di konsultan dan agency, ditambahi dengan kualifikasi “familiar dengan social media, dan media online”.
Jika anda ingin tetap mengkilap di dunia ke-PR-an masa kini, saya rekomendasikan untuk segera memiliki kompetensi di tiga bidang di bawah ini:
Komunikasi
Ini kemampuan wajib tentunya. Tapi perlu ditekankan bahwa kompetensi komunikasi yang dimiliki buka hanya sekedar kemampuan untuk membuat siaran pers dan berhubungan dengan media. Komunikasi disini adalah kemampuan untuk menulis ala internet dengan bahasa yang kasual, sebuah revolusi komunikasi lisan yang ditulis. Sebuah kemampuan komunikasi bukan hanya mampu menulis yang baik, tapi mampu berinteraksi dengan konsumen.
Pemasaran
Para praktisi PR pada akhirnya juga harus mengerti konsep-konsep pemasaran. Ketika PR harus berhubungan langsung dengan konsumen, maka ilmunya harus diperluas dengan ilmu pemasaran. Konsep 4P (kalau bisa malah sampai 7P) sebaiknya semakin dipahami, sehingga lebih mudah berkomunikasi dengan konsumen. Di era social media, apa boleh buat, batas antara peran PR dan Marketing semakin kabur.
Praktisi PR kini juga harus bisa menganalisis, medium mana di internet dimana mereka harus terjuni. Mereka mau tak mau harus belajar mengenai tren perilaku konsumen di Online, dan bagaimana mendekati mereka.
Teknologi
Praktisi PR pada akhirnya harus update dengan teknologi terbaru. Mereka harus terus mengikuti perkembangan teknologi. Bila sekarang sedang tren Twitter, maka mereka harus terjun ke dalamnya biar mengerti bagaimana sebenarnya Twitter itu. Apa yang bisa dilakukan, aplikasi apa saja yang ada di Twitter yang bisa mendukung pekerjaan mereka.
Praktisi PR juga wajib mempelajari Facebook. PR harus mengerti apa beda Profile Page, Fans Page, Groups, dan Causes di Facebook, termasuk memantau perkembangan yang sangat pesat. Fans Page Facebook misalnya, terus menerus mengalami perubahan dan perbaikan yang bermanaaf untuk komunikasi merek. Pada saat yang sama praktisi PR juga perlu memahami aplikasi Facebook yang juga berkembang sangat cepat. Dengan memahami teknologi ini, praktisi PR diharapkan memahami implikasi aplikasi baru tersebut terhadap perusahaan dan merek yang ditangani.
Ketiga kemampuan itu, saya yakin, harus menyatu dalam diri praktisi PR masa kini dan masa depan.